Senin, 09 Juni 2014

TEORI-TEORI SINTAKSIS MUTAKHIR


MAKALAH
TEORI-TEORI SINTAKSIS MUTAKHIR
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
Ade Saputra
Astuti B
Evi Susanti
Fitri Hani
Hespi Depita
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah sintaksis yang berjudul Teori-teori Sintaksis Mutakhir. Makalah  ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia Lanjut.
           
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis  mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya  kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Yang Maha Esa. Ucapan terima kasih kepada Buk Ermawati Sulaiman, S.Pd., M.A. yang telah memberi tugas ini, dengan tugas ini penulis mendapatkan banyak ilmu yang belum penulis ketahui sebelumnya. 
Pekanbaru, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
2.1 Teori Sintaksis Struktural......................................................................... 2
2.2 Teori Sintaksis Tata Bahasa Generatif Transformasional........................ 4
2.3  Teori Sintaksis Tata Bahasa Kasus......................................................... 6
2.4 Teori Sintaksis Tata Bahasa Lexicase...................................................... 9
2.5 Teori Sintaksis Tata Bahasa Relasional.................................................... 12
2.6 Teori Sintaksis Tata Bahasa Tagmemik................................................... 14
BAB III PENUTUP...................................................................................... 18
3.1 Simpulan.................................................................................................. 18
3.2 Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap aliran linguistik atau teori linguistik mempunyai cara pandangan tersendiri terhadap bahasa. Cara memandang dan menelaah bahasa antara aliran atau teori linguistik yang satu berbeda dengan aliran atau teori yang lain aliran tradisional mempunyai konsep sendiri dalam memahami dan menelaah bahasa. Demikian juga dengan aliran-aliran linguistik lainnya, seperti aliran struktural, tagmemik,  transformasi, dan lain-lain. Aliran-aliran lingustik itu juga mempunyai konsep tersendiri dalam memahami dan menelaah bahasa. Konsep inilah yang menyebabkan adanya cara menganalisis sintaksis yang berbeda.
            Setelah anda memahami dan menguasai makalah ini diharapkan anda akan memperoleh dua manfaat, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis. Manfaat teoritis berupa semakin meningkatnya pengetahuan anda mengenai berbagai teori sintaksis dan cara penguraiannya serta sekaligus untuk mengembangkan teori tersebut berdasarkan data bahasa yang anda jumpai. Manfaat praktis yang anda dapatkan ialah kemampuan anda membedakan berbagai teori-teori sintaksis mutakhir.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka masalah penelitian ini sebagai berikut. Bagaimanakah teori-teori sintaksis mutakhir?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuan teori-teori sintaksis mutakhir.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI-TEORI SINTAKSIS MUTAKHIR
2.1  Teori Sintaksis Struktural
1.    Prinsip-prinsip Sintaksis Struktural
Menurut Lyons (dalam Ba’dulu, 2005:61), tata bahasa struktural pada umumnya dan sintaksis struktural pada khususnya didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
a)   Prioritas Bahasa Lisan
Linguis struktural berpendapat bahwa bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulisan pada dasarnya adalah alat untuk merepresentasikan bahasa lisan dalam medium lain. Prinsip dari prioritas bahasa lisan lebih tua dan lebih tersebar luas dibanding tulisan. 
b)   Linguistik adalah Ilmu Pengetahuan Deskriptif, Bukan Preskriptif
Setiap bentuk bahasa yang berbeda dari segi sosial dan regional mempunyai standar kemurnian dan kebenarannya sendiri yang melekat padanya. Tugas pertama linguis adalah untuk memerikan cara orang sesungguhnya menggunakan (dan menuliskan) bahasanya, bukan untuk menetapkan bagaimana mereka seharusnya berbicara dan menulis.
c)    Linguis Tertarik Pada Semua Bahasa
Perhatian linguis terhadap semua bahasa berasal dari tujuan penyelidikannya yang telah dinyatakan, yaitu pembentukan teori ilmiah dari struktur bahasa manusia.
d)   Prioritas Pemerian Sinkronis
Telaah sinkronik bahsa dimaksudkan pemerian akan status tertentu bahas tersebut (pada titik tertentu dalam masa). Perlu disadari bahwa pemerian sinkronik tidak terbatas pada analisis bahasa lisan modern.
e)    Pendekatan Struktural
Hal ini berarti bahwa setiap bahasa dipandang sebagai suatu sistem yang saling berhubungan), yang unsur-unsurnya seperti bunyi, kata, dan sebagainya.
f)     Langue dan Parole
Ujaran-ujaran suatu bahasa tertentu dapat dideskripsikan secara tidak langsung, pada saat ini sangat tidak memandai, atas dasar pemerian sebelumnya dari kalimat-kalimat bahasa tersebut.
2.    Konsep-konsep Dasar Sintaksis Struktural
a)   Klasifikasi Kata
Pengetahuan tentang klasifikasi kata dalam suatu bahasa merupakan syarat mutlak bagi telaah sintaksis bahasa tersebut. Ada jenis kata yang didefinisikan berdasarkan makna, dan ada pula jenis kata yang didefinisikan berdasarkan fungsi.
b)   Konstruksi Sintaksis
Kontruksi sintaksis merupakan proses pengaturan kata-kata atau kelompok-kelompok kata menjadi kesatuan yang bermakna: dan konstruksi sintaksis terdiri atas frasa, klausa, dan kalimat.
c)    Konstituen
Konstituen adalah suatu satuan sintaksis yang berkombinasi dengan satuan sintaksis hanya untuk membentuk suatu kontruksi. Dengan kata lain, Konstituen adalah bagian atau komponen dari struktur.
d)   Analisis Konstituen Langsung
Analisis konstituen langsung merupakan teknik analisis yang ampuh. Menurut teknik ini, suatu kontruksi selalu dianalisis ke dalam dua konstituen langsungnya.
3.    Organisasi Sintaksis Struktural
Sintaksis struktural terdiri atas tiga komponen utama, yaitu (1) leksikon, (2) konstruksi sintaksis, dan (3) kaidah-kaidah sintaksis. Leksikon adalah daftar semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa disertai dengan kelas atau kategori dan maknanya.
2.2  Teori Sintaksis Tata Bahasa Generatif Transformasional
1.    Latar Belakang Sejarahnya
Pada awalnya, Chomsky juga termasuk golongan strukturalis. Bersama dengan gurunya, Zellig Harris, ia membangun dan mengembangkan tata bahasa struktur frasa. Metode linguistik struktural, yaitu metode induktif, tidak mampu menjangkau fakta-fakta sintaksis. Menurut Chomsky, teori linguistik struktural tidak mampu memecahkan berbagai masalah kebahasaan, utamanya dalam bidang sintaksis. Chomsky memperkenalkan teori tata bahasa generatif transformasional (TGT) sebagai reaksi terhadapnya.
2.    Prinsip-prinsip TGT
Menurut Chomsky (dalam Ba’dulu, 2005:68), teori sintaksis TGT adalah teori tentang kompetensi. Kompetensi hendaknya dibedakan dengan performasi. Kompentesi adalah pengetahuan penutur asli mengenai bahasanya, sedangkan performasi adalah pemakaian bahasa yang sesungguhnya dalam situasi-situasi nyata. Teori linguistik bersifat mentalistik. Tata bahasa suatu bahasa berusaha memerikan kompetensi intrinsic penutur-pendengar yang ideal.
3.    Konsep-konsep Dasar TGT
a.    Kompetensi
Kompetensi adalah pengetahuan penutur akan bahasanya, system kaidah yang dikuasainya dan yang menentukan hubungan anatara bunyi dan makna bagi kebanyakan kalimat. Pengetahuan yang didasari tentang kaidah-kaidah yang digunakannya secara terus-menerus dalam berbicara atau menyimak, menulis, atau membaca, dan monolog internal.
b.    Performansi
Performansikan penutur-pendengar adalah pengetahuannya akan tata bahasa yang menentukan hubungan intrinsik antara bunyi dan makna setiap kalimat. Performansi adalah refleksi langsung dari kompetensi hanya dalam kondisi-kondisi yang ideal, yakni penutur-pendengar dalam masyarakat bahasa yang homogen. Chomsky (dalam Ba’dulu, 2005:70).
c.    Strukrural Batin Dan Struktural Lahir
Istilah struktur batin digunakan untuk merujuk kepada representasikan mental yang mendasari suatu ujaran. Menurut Chomsky (dalam Ba’dulu, 2005:71), konsep struktur batin dan struktur lahir dapat ditelusuri kembali kepada tata bahasa Port-Royal Menurut teori Port-Royal. Struktur lahir bersesuaian dengan bunyi, yaitu aspek fisik bahasa; tetapi ketika sinyal dihasilkan dengan struktur lahirnya, maka di situ berlangsung analisis mental yang sesuai dengan apa yang kita sebut. Struktur batin, yaitu struktur formal yang menghubungkan secara langsung bukan kepada bunyi, melainkan kepada makna.
d.    Kaidah Struktural Frasa
Kaidah struktur frasa adalah serangkaian pernyataan yang menjelaskan, antara lain, tentang urutan unsur-unsur yang mungkin dalam suatu kalimat atau kelompok kata.
e.    Pemarkah Frasa
Menurut Crystal (dalam Ba’dulu, 2005:72), pemarkah frasa adalah istilah yang digunakan dalam linguistik generatif untuk merujuk kepada representasi struktur kalimat dalam kaitannya dengan kurung berlabel, sebagaimana diberikan oleh kaidah-kaidah tata bahasa.
f.      Transformasi 
Menurut Crystal (dalam Ba’dulu, 2005:73), transformasi adalah suatu operasi linguistis formal yang memungkinkan dua tingkatan representasi struktur untuk ditempatkan dalam korespondensi. Kaidah transformasional (KT) terdiri atas gugus lambang yang ditulis kembali sebagai gugus lain, menurut konvensi-konvensi tertentu. 
4.    Organisasi Sintaksis TGT
Chomsky  (dalam Ba’dulu, 2005:75) mengemukakan bahwa TGT merupakan sistem kaidah yang dapat digunakan untuk menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. sistem kaidah ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen utama, yaitu (1) komponen sintaksis, (2) komponen fonologis, dan (3) komponen semantis. Tiap-tiap komponen ini memanfaatkan informasi yang disiapkan oleh komponen sintaksis menyangkut formatif.
2.3 Teori Sintaksis Tata Bahasa Kasus
1.      Prinsip-prinsip Tata Bahasa Kasus
Tata bahasa kasus pertama-tama dikenalkan oleh Charles Fillmore. Merupakan modifikasi berat dari teori TGT standar yang mendasarkan diri pada perbedaan yang jelas antara struktur bathin dengan struktur lahir. Tarigan (2009:59) menyatakan bahwa tata bahasa kasus adalah suatu modifikasi dari teori tata bahasa transformasi yang memperkenalkan kerangka kerja konseptual hubungan-hubungan kasus dari tata bahasa tradisional, tetapi memelihara serta mempertahankan pembedaan antara struktur permukaan dari tata bahasa generatif (“dalam” berarti semantic deep). Fillmore (dalam Ba’dulu, 2005:77) menambahkan beberapa prinsip atau asumsi penting sebagai berikut:
a.       Sintaksis mempunyai kedudukan sentral dalam tata bahasa
b.      Kategori-kategori tersembunyi (covert categories) memainkan peranan yang penting
c.       Struktur dasar kalimat
2.      Konsep-konsep Dasar Teori Sintaksis Tata Bahasa Kasus
a.       Kasus
Konsep-konsep dasar yang dibahas terdahulu juga berlaku bagi sintaksis. Namun, ada satu konsep dasar, yaitu kasus yang dimasukkan kedalam komponen basis, untuk memperoleh struktur bathin yang lebih dalam. Tarigan (209:54) menyatakan bahwa kasus merupakan suatu kategori gramatikal yang menunjukkan fungsi suatu nomina atau frasa nomina dalam suatu kalimat. Fillmore  (dalam Ba’dulu, 2005:78) menyarankan daftar minimal dari enam kasus dan setiap kasus diusulkan sebagai suatu kesemestaan linguistis, yang ditemukan dalam bentuk tertentu dalam semua bahasa ilmiah. Kasus-kasus tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Agentif
2.      Instrumental
3.      Datif
4.      Faktititif
5.      Lokatif
6.      Objektif
Fillmore (dalam Ba’dulu, 2005:79) juga menyebutkan kedua kasus berikut:
1.      Benefaktif
2.      Komitatif
b.      Kerangka Kasus
Verba diseleksi menurut lingkungan kasus yang disiapkan kalimat. Lingkungan kasus ini disebut kerangka kasus (case frame). Setiap verba hendaknya dikaitkan dengan kasus yang dapat menyertai atau muncul bersamanya.
c.       Modalitas dan Preposisi
Struktur dasar kalimat terdiri atas dua komponen, yaitu (1) proposisui dan (2) modalitas . proposisi adalah seperangkat hubungan yang melibatkan verba dan nomina, sedangkan modalitas merupakan komponen yang mencakup negasi, tense, modus, dan aspek.dengan demikian, struktur kalimat dapat dinyatakan sebagai berikut.
      S àM (odalitas) + P (roposisi)
3.      Kaidah –kaidah Tata Bahasa Kasus
a.       S à M P
b.      Pà V C1C2... Cn
c.       K à FN
d.      FN à Det N
Keterangan :
S - Sentense (kalimat)
M - modalitas
P -  Proposisi
V - Verba
C - Kategori Kasus
FN - Frasa Nomina
Dt - Determinator
N – Nomina
4.      Organisasi Sintaksis TK
Organisasi sintaksis TK hampir sama dengan organisasai sintaksis TGT; hanya bedanya, Fillmore memasukkan konsep kasus kedalam komponen basis. Komponen basis ini terdiri atas unsur-unsur  berlabel secara semantis yang tidak berurutan. Struktur semantis lalu diubah menjadi struktur lahir dengan serangkaian transformasi, beberapa diantaranya menciptakan subjek, objek, dan objek tak langsung.
2.4 Teori Sintaksis Tata Bahasa Lexicase
1.      Prinsip-Prinsip Tata Bahasa Lexicase
Tata bahasa lexiacse pertama dicetuskan oleh Stanley Starosta dalam bukunya the case for lexicase: an outline of lexicase gramatikal theory dalam tahun 1988. Sebenarnya lexicase juga merupakan perkembangan lebih lanjut dari TGT. Oleh karena itu, maka prinsip-prinsip TGT juga berlaku bagi lexicase, namun ada perbedaan-perbedaan di sana-sini. Perbedaan menonjol terletak pada tingkatan analisis. Jika TGT mengenal dua tingkatan analisis,yaitu tingkatan struktur batin dan tingkatan struktur lahir, maka Lexicase hanya mengenal satu tingkatan analisis saja.
2.      Konsep-Konsep Dasar Tata Bahasa Lecicase
Konsep-konsep dasar TGT juga digunakan dalam tata bahasa lexicase, kecuali struktur batin, mekanisme transformasi,dan struktur lahir. Lexicase memperkenalkan dua konsep dasar,yaitu (1) bentuk kasus dan (2) relasi kasus yang akan dibahas berikut.
a.      Bentuk-Bentuk Kasus
Menurut Starosta (dalam Ba’dulu, 2005:90), setiap bahasa mempunyai sekurang-kurangnya bentuk  kasus nominatif [+NM] (struktur lahir subjek gramatikal) dan bentuk akusatif [+AC] (struktur lahir non-subjek).
b.      Relasi Kasus Atau Peran Kasus
Batasan relasi kasus (CR) merupakan batasan internasional yang berarti bahwa setiap relasi kasus diberi batasan dalam kaitannya dengan ciri semantis, yaitu tujuannya, batasan ini maksudkan untuk menjelaskan struktur internal klausa dan relasi sintaksis yang terdapat diantara klausa.
Relasi kasus adalah relasi sintaksis yang dikontrak oleh verba dengan satu actant ayau lebih. Menurut Anderson (dalam Ba’dulu, 2005:92), relasi kasus adalah relasi gramatikal yang dikontrak oleh nomina yang mengungkapkan sifat partisipasinya dalam proses status yang dinyatakan dalam kalimat. Manifestasi relasi kasus (pemarkah kasus) dapat dikelompokkan ke dalam satu himpunan bentuk kasus, yang diambil dari himpunan universal yang terbatas. Starosta (dalam Ba’dulu, 2005:92) mengemukakan daftar relasi kasus sintaksis sebagai berikut:
1.      Patient [+PAT]
Istilah patient telah digunakan oleh beberapa linguis sebagai pengganti relasi kasus objektif. Relasi kasus objektif adalah adalah kasus yang paling netral ditinjau dari segi simantis, yaitu kasus sesuatu yang dapat dinyatakan oleh nomina yang perannya dalam aksi atau keadaan yang dinyatakan oleh verba, konsep yang dibatasi pada hal-hal yang dipengaruhioleh aksi atau keadaan yang dinyatakan oleh verba.
2.      Agent [+A]
Agent adalah penyebab tak langsung aksi dari verba (starosta,1978:478). Dalam sistem lexicase,agent tidak pernah muncul sendirian. Agent harus selalu muncul bersama patient,karena dalam tata bahasa lexicase setiap kalimat mengandung sekurang-kurangnya satu patient (kecuali verba meterologis).
3.      Benefit [+BEN]
Relasi kasus bebefit adalah relasi yang dari sesuatu untuk keuntungannya atau kepentingannya suatu aksi dilakukan,atau yang untuk kepentingannya suatu keadaan yang terjadi,atau yang diberikan sebagai pengganti untuk sesuatu yang lain,atau alasan atau tujuan untuk suatu aksi dilaksanakan Starosta (dalam Ba’dulu, 2005:95).
4.      Experiencer [+EXP]
Cool (dalam Ba’dulu, 2005:95) , mendefinisikan experiencer sebagai kasus yang diperlukan oleh suatu verba eksperiensial yang memerinci penderita dari peristiwa psikologis atau sensasi, emosi, atau kognisi.
5.      Locus [+LOC]
Dalam tata bahasa lexicase baik lokasi maupun arah dicakup oleh relasi kasus ini, sehingga tidak perlu menetapkan relasi-relasi kasus Source, Goal, atau Path secara terpisah.  
6.      Place [+PLC]
Relasi kasus Place mengidentifikasikan setting dari aksi atau keadaan secara keseluruhan.
7.      Instrumen
Relasi kasus ini menyatakan kekuatan atau objek tak bernyawa, yang secara kausal terlibat dalam aksi atau keadaan yang dinyatakan oleh verba Fillmore (dalam Ba’dulu, 2005:97).
8.      Manner [+MAN]
Relasi kasus manner ditafsirkan memberikan jalan ,cara,atau kondisi dimana suatu aksi dilaksanakan Starosta (dalam Ba’dulu, 2005:98). Relasi kasus manner di ungkapkan dengan frasa preposisi dengan with dan by.
9.      Time [+Time]
Relasi kasus time terdapat di antara predikat dan actants yang menyatakan waktu atau lamanya.
3.      Organisasi Tata Bahasa Lexicase
Bahasa lexicase terdiri atas: (1) komponen basis yang berbentuk dari seperangkat kaidah struktur frasa (KSF), (2) leksikon, dan (3) komponen fonologis. Kaidah-kaidah struktur frasa ini mencakup konstituen-konstituen sintaksis.dan semua kategori gramatikal seperti imperatif, negatif, kata bantu, dan pertanyaan dijadikan sebagai ciri-ciri dari bukti leksikal. Komponen kedua yaitu laksikon, mengandung beberapa jenis kaidah disertai dengan daftar entri leksikal yang mewakili akar (kata) dan stem.
2.5 Teori Sintaksis Tata Bahasa Relasional
1.Pinsip-prinsip Tata Bahasa Relasional   
Prinsip-prinsip nya adalah sebagai berikut:
a.       Relasi –relasi gramatikal seperti subjek, objek tak langsung, dan relasi-relasi lainnya diperlukan untuk mencapai tiga tujuan teori linguistik,yaitu: (1) untuk memformulasikan kesemestaan linguistik, (2) untuk memberi ciri kepada kelas kontruksi gramatikalyang ditemukan dalam bahasa-bahasa alamiah, dan (3) untuk membentuk tata bahasa yang memadai dan berwawasan penuh dari bahasa-bahasa individual;
b.      Relasi-relasi gramatikal tidak dapt diberi batasan dalam kaitanya dengan konsep-konsep lain,seperti urutan kata,konfigurasi struktur frasa,atau pemarkahan kausu,melainkan harus dipandangsebagai unsur-unsur mendasar dari teori linguistik;
c.       Minimal ada tuga hal yang harus dirincidalam refresentasi sintaksis,yaitu: (1)unsur-unsur mana yang menyandang relasi gramatikal terhadap unsur-unsurlain, (2) relasi gramatikal mana yang disandang oleh setiap unsur terhadap unsur- unsur lainnya,dan (3) tingkat mana setiap unsur menyandang relasi gramatikal terhadap unsur- unsur lainnya.
2.      Konsep-konsep Dasar Tata Bahasa Relasional
a.      Relasi Gramatikal
b.      Jaringan Relasi ( Relation- Network )
3.      Kaidah–kaidah Tata Bahasa Relasional
Ada beberapa kaidah yang telah dirumuskan oleh penganut teori tata bahasa relasional  antara lain, adalah sebagai berikut Perlmutter (dalam Ba’dulu, 2005:105):
a.      The I – Advancement Exclusivenes Law
Kaidah ini menyatakan bahwa suatu klausa tertentu hanya dapat mengalami datu pengendapan ke I;
b.      The Final I Law
Kaidah ini menyatakan bahwa setiap klausa dasar harus mempunyai sebuah arc- I dalam stratum akhir;
c.       The Nuclear Dummy Law
Kaidah ini menyatakan bahwa unsur ‘dummy’ suatu unsur abstrak yang mewakili suatu kategori yang biasanya dilambangkan dengan  tidak dapat mengepalai arc dengan sinyal –R selain dari 1 dan 2;
d.      The Relationer Succession Law
Kaidah ini menyatakan bahwa sebuah unsur ‘ascendee’ (unsur yang ditingkatkan )menyandang relasi gramatikal penerima dari mana unsur itu ditingkatkan;
e.       The Host Limitation Law
Kaidah ini menyatakan bahwa hanya nominal yang menyandang relasi term yang dapat bertindak sebagai penerima peningkat;
f.        The Stratal Uniqueness Law
Kaidah ini menyatakan bahwa tidak boleh dari satu nominal yang dapat mengepalai arc dengan sebuah sinyal–R dari term tertentu dalam stratum tertentu;
g.      The Oblique Law
Kaidah ini menyatakan bahwa suatu unsur terikat yang menyandang relasi oblik tetap menyandang relasi itu dalam stratum awal;
h.      The Motivated Chomage Law
Kaidah ini menyatakan bahwa chomeur tidak diciptakan secara spontan, melainkan sebagai hasil daei mengedepanan,peningkatan atau kelahiran ‘dummy’;
i.        The Chomeur Advancement Ban
Kaidah ini menyatakan bahwa chomeur tidak dapat dikedepankan.
           
2.6 Teori Sintaksis Tata Bahasa Tagmemik
1. Prinsip-prinsip Tata Bahasa Tagmemik
a.   Bahasa sebagai tingkah laku manusia
Bahasa adalah bagian integral tingkah-laku manusia. Ini berarti bahwa bahasa dapat dianalisis dan dipahami sebaik-baiknya sebagai satu aspek dari tingkah laku manusia. Teori Tagmemik agak unik karena kebanyakan prinsip dasarnya dinyatakan berlaku bagi semua tingkah laku manusia, termasuk bahasa. Karena itu, tagmemik menolak pandangan bahasa yang mentalistik. Selain fungsi simbolis atau fungsi representasional, bahasa juga memunyai fungsi komunikatif yang sangat penting.
b.   Semua tingkah laku purposif, termasuk bahasa, muncul dalam satuan-satuan atau “kepingan-kepingan”
Suatu satuan dapat ditentukan menurut ciri-ciri pembeda yang mengkontraskannya dengan satuan-satuan lain dalam kelas, gugus, atau sistem. Satuan itu dapat berbeda dalam bentuk fisiknya dalam batas-batas tertentu.
c.   Pentingnya konteks
Satuan-satuan tidak terjadi dalam isolasi, satuan-sataun itu terjadi dalam konteks. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor penyebab bagi variabel dapat ditemukan dalam konteks.
d.   Hierarki, tonggak dari teori tagmemik
Hierarki di sini merujuk kepada hierarki sebagian dan keseluruhan, ketimbang hierarki taksonomis atau hierarki tipe-aksibilitas, yaitu, satuan-satuan kecil umumnya terjadi sebagai bagian dan satuan-satuan yang lebih besar lagi. Berkaitan dengan bahasa, tuntutan bahwa bahasa-bahasa mempunyai tingkat-tingkat yang signifikan dari segi struktur. Secara khusus, ujaran-ujaran linguistik dipandang terstruktur, ujaran-ujaran linguistis dipandang dengan tiga hierarki yang simultan dan saling mengunci: yaitu hierarki fonologis, dramatikal, dan referensial.
e.   Teori tagmemik secara formal mengenal perspektif pengamat yang bervariasi
Sekurang-kurangnya ada tiga perspektif yang berbeda, namun saling melengkapi yang dapat dipakai untuk meninjau detail-detail yang sama. Dalam pandangan statis, butir-butir sebagai benda-benda individual dan berbeda menjadi pusat perhatian. Pandangan dinamis memusatkan perhatian pada dinamika butir-butir yang bertumpang-tidih, bercampur, dan bergabung antara satu dengan lainnya. Terakhir perspektif relasional yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satuan-satuan, dengan mamperhatikan jaringan, medan, atau matriks.
2.   Konsep-konsep Dasar Tata Bahasa Tagmemik
a.    Tagmem
Menurut Parera (2009:82) satuan analisis tagmemik disebut tegmem atau hubungan antara sebuah gatra fungsional dengan kelas dari unsur-unsur yang mengisi gatra tersebut. Satuan dasar dalam analisis tagmemik adalah tagmem. Menurut Elson dan Pickett (dalam Ba’dulu, 2005:114), tagmem adalah kolerasi fungsi gramatikal atau gatra dengan kelas butir yang dapat saling menggantikan dalam mengisi gatra itu. Menurut Longacre (dalam Ba’dulu, 2005:114) tagmem adalah kolerasi antara gatra-gatra di mana baik fungsi maupun bentuk diberi nama secara eksplisit. Konsep dari fungsi gramatikal, yang dikolerasikan dengan seperangkat butir perwujudannya, merupakan satu konsep dari empat konsep dasar dalam tagmemik.
Gatra adalah posisi dalam kerangka kontruksi (sintagmem), yang menjelaskan peran dari bentuk linguistik dalam konstruksi, yang berkaitan dengan bagian-bagian lain dari konstruksi yang sama. Fungsi adalah hubungan gramatikal, yang menjawab pertanyaan tentang apa yang dilakukan bentuk dalam konstruksi, dan diberi label sebagai subjek, predikat, inti, modifikator, dan sebagainya.
Kelas pengisi adalah daftar semua butir yang dapat saling mengisi jalur (gatra) fungsional. Butir-butir ini dapat dipertukarkan satu sama lain. Dalam definisi, kelas pengisi adalah suatu kelas distribusi, yang dalam banyak kasus, dalam banyak hal, heterogen. Dalam kelas pengisi, sebuah kelas bentuk mungkin merupakan pengisi eksklusif atau pengisi khusus. Khusus dalam sistem-sistem penciri kasus, maka pengisi itu mungkin ditandai oleh kelas bentuk yang diberi ciri oleh kasus nominatif.
b.   Konstruksi (Sintagmem)
Sintagmem adalah untaian tagmem yang potensial, yang gugus morfemnya mengisi gatra gramatikal. Ada dua sistem utama untuk pemerian konstruksi, apa pun jenis satuan yang digunakan. Yang pertama adalah jenis analisis berdasarkan konstituen langsung; yang kedua adalah jenis analisis berdasarkan konstituen untaian. Dalam analisis jenis untaian, ujaran dipenggal secara simultan ke dalam semua bagian fungsionalnya. Dalam penggalan-penggalan ini, analisis dituntun oleh pengetahuannya tentang fungsi. Dalam analisis konstituen langsung, ujaran dipenggal secara berurutan ke dalam konstituen-konstituen biner. Dalam melakukan penggalan-penggalan ini, analisis dituntun oleh pengetahuannya tentang fungsi maupun oleh teori bahwa semua konstruksi terdiri atas dua bagian.
c.   Tingkat/Hierarki Gramatikal
Model ketatabahasaan harus membatasi kesatuan yang masuk ke dalam konstruksi dengan jelas, dan konstruksi ini harus diatur ke dalam beberapa jenis sistem ketatabahasaan. Dalam tagmemik, kesatuan itu adalah tagmem, suatu kolerasi antara fungsi dan bentuk; konstruksi adalah suatu tali potensial kesatuan-kesatuan tagmem, yaitu sintagmem; dan sistem adalah hirarki ketatabahasaan, yang diatur dalam serangkaian tingkat-tingkat sistematis.
d.   Pemetaan (Mapping)
Menurut Pike, bahasa dapat dideskripsikan dalam kaitannya dengan hierarki segi-tiga antara fonologi, leksikon, dan tata bahasa. Dalam hierarki gramtikal, konstruksi disusun pada rangkaian tingkat yang jelas. Tingkat-tingkat yang paling umum digunakan adalah tingkat kalimat, tingkat klausa, tingkat frasa, tingkat kata, dan tingkat morfem.
3. Organisasi Tata Bahasa Tagmemik
            Bahasa tagmemik terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen tata bahasa, komponen leksikon, dan komponen fonologis. Komponen tata bahasa merupakan serangkaian pernyataan sintaksis mengenai struktur kalimat, struktur klausa, struktur frasa, dan struktur kata. Leksikon mendaftarkan satuan-satuan bentuk dari bahasa, disertai dengan klasifikasi dan maknanya (glos), serta kaidah-kaidah morfofologis untuk menjelaskan bentuk-bentuk morfem yang bervariasi. Terakhir, komponen fonologis memberikan kepada kalimat fonemis realisasi fonetis dalam bahasa tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Menurut Ba’dulu di dalam bukunya yang berjudul morfosintaksis terdapat 6 teori-teori sintaksis mutakhir, yaitu sintaksis struktural, sintaksis tata bahasa generatif transformatif, sintaksis tata bahasa kasus, sintaksis tata bahasa lexicase, sintaksis tata bahasa relasional, dan sintaksis tata bahasa tagmemik. 
Menurut Lyons (1968:38-52), tata bahasa struktural pada umumnya dan sintaksis struktural pada khususnya didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: (1) prioritas bahasa lisan, (2) linguistik adalah ilmu pengetahuan deskriptif, (3) bukan preskriptif, (4) linguis tertarik pada semua bahasa, (5) prioritas pemerian sinkronis, (6) pendekatan structural, dan (7) langue dan parole. Menurut Chomsky, teori linguistik struktural tidak mampu memecahkan berbagai masalah kebahasaan, utamanya dalam bidang sintaksis. Chomsky memperkenalkan teori tata bahasa generatif transformasional (TGT) sebagai reaksi terhadapnya.
Tarigan (2009:59) menyatakan bahwa tata bahasa kasus adalah suatu modifikasi dari teori tata bahasa transformasi yang memperkenalkan kerangka kerja konseptual hubungan-hubungan kasus dari tata bahasa tradisional, tetapi memelihara serta mempertahankan pembedaan antara struktur permukaan dari tata bahasa generatif (“dalam” berarti semantic deep). i Tata bahasa lexiacse pertama dicetuskan oleh stanley starosta dalam bukunya the case for lexicase:an outline of lexicase gramatikal theory dalam tahun 1988. Sebenarnya lexicase juga merupakan perkembangan lebih lanjut dari TGT.
Prinsip-prinsip tata bahasa tagmemik: (1) bahasa sebagai tingkah laku manusia, (2) semua tingkah laku purposif, termasuk bahasa, muncul dalam satuan-satuan atau “kepingan-kepingan”, (3) pentingnya konteks, (4) hierarki, tonggak dari teori tagmemik, dan (5) teori tagmemik secara formal mengenal perspektif pengamat yang bervariasi.
3.2  Saran
Besar harapan kami dari penulis agar apa yang telah kami paparkan dalam makalah ini bisa bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca. Serta apa yang kami sajikan dapat dipergunakan untuk kepentingan yang positif sehingga berdampak baik bagi penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis merasa bahwa apa yang telah kami sajikan masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya kami masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman. 2005. Morfosintasis. Jakarta: Rineka Cipta.
Parera, JD. 2009. Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Tata Bahasa Kasus. Bandung: Angkasa.

1 komentar:

  1. The latest footage of a smash-hit from the 1990s? : r/Videos - Vimeo
    The last download youtube videos movie I saw (video game) I'm afraid to put it down; I was thinking the following could sound as good a movie as it sounds.

    BalasHapus